RECENT POSTS

Contact

Rabu, 27 April 2016

sejarah desa Mayong

1.      Sejarah Dari Desa Mayong

Pada tahun 1549 sunan prawata raja keempat demak mati dibunuh utusan arya penangsang, sepupunya yang menjadi bupati jipong, ratu kalinyamat menemukan keris kyai Betok milik sunan kudus menancap pada mayat kakanya itu. Maka pangeran dan ratu kalinyamat pun berangkat ke kudus minta penjelasan
Sunan kudus adalah pendukung arya penangsang dalam konflik perebutan tahta sepeninggal sultan trenggono (1546. Ratu kalinyamat datang menuntut keadilan atas kematian kakaknya. Sunan kudus menjelaskan semasa muda sunan prawata pernah membunuh pangeran sekar seda lepen ayah arya penangsang, jadi wajar kalau ia sekarang mendapat balasan setimpal.
Ratu kalinyamat kecewa atas sikap sunan kudus, ia dan suaminya memilih pulang ke Jepara. Di tengah jalan, mereka dikeroyok anak buah Arya penangsang. Pangeran Kalinyamat tewas. Konon ia sempat merambat di tanah dengan sisa-sisa tenaga, sehingga oleh penduduk sekitar, daerah tempat meniggalnya pangeran kalinyamat disebut desa prambatan
Menurut cerita selanjutnya dengan membawa jenazah pangeran kalinyamat, Ratu kalinyamat meneruskan perjalanan sampai pada sebuah sungai dan darah yang berasal dari jenazah pangeran kalinyamat menjadikan air sungai berwarna ungu dan kemudian dikenal daerah tersebut dengan nama kaliwungu. Semakin ke barat, dan dalam kondisi lelah kemudian melewati pring tulis dan karena lelahnya dengan berjalan sempoyongan (moyang-moyong) di tempat yang sekarang dikenal dengan nama mayong. Sesampainya di purwagando, disebut demikian karena ditempat inilah awal keluarnya bau dari jenazah yang dibawa ratu kalinyamat dan kemudian melewati pecangaan dan sampai di mantingan.
Saat ini mayong dikenal dengan senta industri genteng dan gerabah Kerajinan ini dimulai sekitar tahun 1969 menggunakan alat pres manual dari kayu dan seng yang dibentuk cetakan genteng sebelum alat modern buatan pabrik, sampai tahun 1980 baru menggunakan alat press modern buatan pabrik meski sampai sekarang masih menggunakan tenaga manusia untuk menekan alat presnya.
Jumlah perajin di desanya lebih dari 2.000 orang. Secara keseluruhan, di desa itu terdapat 2.532 keluarga dengan jumlah penduduk 5.229jiwa. "Lahan persawahan di desa ini 143 hektare namun masyarakat enggan menggarap sawah. Mereka semata-mata bergantung ke industri rumah tangga dengan membuat genteng, gerabah  dan batu bata," paparnya.
Di Desa Mayong, produksi genteng tiap hari 500 ribu buah  Wilayah pemasaran industri genteng dari Kecamatan Mayong meliputi beberapa kota di Kalimantan dan juga Riau. Sementara itu, di Jawa mencakup Jakarta, Tuban, dan Surabaya. Permintaan terbesar memang dari daerah lokal dan sejumlah daerah di Jateng.

Nomor penting dan darurat daerah Kecamatan Mayong:
  • Polsek Mayong = (0291)755724
  • Pusat Genteng Mayong = (0291) 7520102
  • Puskesmas Mayong 1 = (0291) 3319178
  • Puskesmas Mayong 2 = (0291) 3317824
  • RS PKU Muhammadiyah Mayong = (0291) 4256500 & (0291) 4256556