1.
Sejarah
Dari Desa Mayong
Pada tahun 1549 sunan prawata raja keempat demak mati dibunuh
utusan arya penangsang, sepupunya yang menjadi bupati jipong, ratu kalinyamat
menemukan keris kyai Betok milik sunan kudus menancap pada mayat kakanya itu.
Maka pangeran dan ratu kalinyamat pun berangkat ke kudus minta penjelasan
Sunan kudus adalah pendukung arya penangsang dalam konflik
perebutan tahta sepeninggal sultan trenggono (1546. Ratu kalinyamat datang
menuntut keadilan atas kematian kakaknya. Sunan kudus menjelaskan semasa muda
sunan prawata pernah membunuh pangeran sekar seda lepen ayah arya penangsang,
jadi wajar kalau ia sekarang mendapat balasan setimpal.
Ratu kalinyamat kecewa atas sikap sunan kudus, ia dan suaminya
memilih pulang ke Jepara. Di tengah jalan, mereka dikeroyok anak buah Arya
penangsang. Pangeran Kalinyamat tewas. Konon ia sempat merambat di tanah dengan
sisa-sisa tenaga, sehingga oleh penduduk sekitar, daerah tempat meniggalnya
pangeran kalinyamat disebut desa prambatan
Menurut cerita selanjutnya dengan membawa jenazah pangeran
kalinyamat, Ratu kalinyamat meneruskan perjalanan sampai pada sebuah sungai dan
darah yang berasal dari jenazah pangeran kalinyamat menjadikan air sungai
berwarna ungu dan kemudian dikenal daerah tersebut dengan nama kaliwungu.
Semakin ke barat, dan dalam kondisi lelah kemudian melewati pring tulis dan
karena lelahnya dengan berjalan sempoyongan (moyang-moyong) di tempat yang
sekarang dikenal dengan nama mayong. Sesampainya di purwagando, disebut
demikian karena ditempat inilah awal keluarnya bau dari jenazah yang dibawa
ratu kalinyamat dan kemudian melewati pecangaan dan sampai di mantingan.
Saat ini mayong dikenal dengan senta industri genteng dan gerabah Kerajinan
ini dimulai sekitar tahun 1969 menggunakan alat pres manual dari kayu dan seng
yang dibentuk cetakan genteng sebelum alat modern buatan pabrik, sampai tahun
1980 baru menggunakan alat press modern buatan pabrik meski sampai sekarang
masih menggunakan tenaga manusia untuk menekan alat presnya.
Jumlah perajin di desanya lebih dari 2.000 orang. Secara
keseluruhan, di desa itu terdapat 2.532 keluarga dengan jumlah penduduk 5.229jiwa.
"Lahan persawahan di desa ini 143 hektare namun masyarakat enggan
menggarap sawah. Mereka semata-mata bergantung ke industri rumah tangga dengan
membuat genteng, gerabah dan batu
bata," paparnya.
Di Desa Mayong, produksi genteng tiap hari 500 ribu buah Wilayah pemasaran industri genteng dari
Kecamatan Mayong meliputi beberapa kota di Kalimantan dan juga Riau. Sementara
itu, di Jawa mencakup Jakarta, Tuban, dan Surabaya. Permintaan terbesar memang
dari daerah lokal dan sejumlah daerah di Jateng.
Nomor penting dan darurat daerah Kecamatan Mayong:
- Polsek Mayong = (0291)755724
- Pusat Genteng Mayong = (0291) 7520102
- Puskesmas Mayong 1 = (0291) 3319178
- Puskesmas Mayong 2 = (0291) 3317824
- RS PKU Muhammadiyah Mayong = (0291) 4256500 & (0291) 4256556